Palagan Night Carnival: Antara Panggung Gemerlap dan Suara yang Belum Didengar
![]() |
Foto. Peserta Palagan Night Carnival. 2024 |
Kabar kembalinya *Palagan Night Carnival* disambut dengan hangat. Setelah sukses menarik perhatian pada tahun sebelumnya, acara ini dipastikan kembali hadir sebagai salah satu event besar di Ambarawa dan sekitarnya. Monumen Palagan akan dipenuhi parade kostum, lampu berwarna-warni, dan kreasi spektakuler yang bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi magnet wisata yang mampu mengangkat citra Ambarawa di tingkat regional bahkan nasional.
Kehadirannya tentu pantas diapresiasi sebagai bukti bahwa Ambarawa tidak kalah dengan daerah lain dalam menghadirkan festival malam penuh kemegahan.
Namun, di balik gegap gempita, ada catatan yang perlu dikemukakan secara jernih. Penyelenggaraan sebuah festival besar seperti ini memiliki dua wajah. Di satu sisi, ketika acara dikelola penuh oleh pemerintah daerah dan dilimpahkan pihak eksternal (EO), maka jaminan pendanaan, promosi, dan fasilitas publik menjadi lebih kuat—hal ini memastikan acara berjalan meriah dan aman. Akan tetapi, di sisi lain, absennya partisipasi komunitas lokal sering kali meninggalkan kesan bahwa masyarakat hanya sebatas penonton.
Sebaliknya, festival yang digerakkan komunitas memang kaya otentisitas budaya dan kedekatan emosional, tetapi kerap terbatas dalam skala dan keberlanjutannya. Idealnya, dua pendekatan ini bisa saling melengkapi: dukungan pemerintah menjaga kualitas, pendanaan dan keberlanjutan, sementara komunitas lokal memastikan ruh budaya, kreatifitas yang berbasis kelokalan dan rasa memiliki acara tersebut menjadi milik warga setempat tetap hidup.
Sebagai contoh pnyelenggaraan Karnaval Budaya Ambarawa yang lalu, dimana dalam penyelenggaraannya menjadi kolaborasi sangat baik antara komunitas-komunitas lokal dengan Dinas Kominfo Kabupaten Semarang.
Salah satu Seniman tari dari sanggar ambarawa saat di minta keterangan oleh Ambarawa terkini, Ya mas.. Memang seprti tahun kemarin kita hanya sebagai penonton saja dan tahun ini pun tidak ada keterlibatan,Saya juga gak tau kok tiba tiba ada event ini, jelas Seniman Ambarawa yang tidak mau disebutkan identitasnya.
Menjelang *Palagan Night Carnival* tahun ini, muncul pertanyaan yang menggelitik di kalangan masyarakat: mengapa warga Ambarawa sendiri justru lebih sering menjadi penonton di kota mereka sendiri? (Bahkan jika dilibatkan bisa jadi hanya tempelan nama komunitas local tanpa keterlibatan lebih dalam?) Seperti. Tahun Kemarim banyak yang menyayangkan absennya upaya serius untuk melibatkan komunitas lokal, sanggar-sanggar budaya, maupun seniman Ambarawa dalam penyelengaraannya yang sebenarnya kaya ide dan kreativitas.
Sebuah festival besar tanpa terlihat nya komunitas ibarat panggung megah yang indah secara visual, tetapi terasa hampa secara makna. Padahal, melibatkan warga dan komunitas setempat tidak hanya memperkuat identitas lokal, tetapi juga memberi legitimasi bahwa Palagan Night Carnival benar-benar lahir dari rahim Ambarawa sendiri, bukan sekadar agenda seremonial pemerintah