HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Restorasi Palagan Ambarawa: Menghidupkan Kembali Jejak Perjuangan

Ambarawa, 4 Februari 2025 – Monumen Palagan Ambarawa, saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, kini menjalani proses restorasi besar-besaran. Upaya ini merupakan bagian dari gerakan Mewarna Citranira Ambarawa, yang bertujuan menghidupkan kembali semangat patriotisme melalui pemugaran simbol-simbol sejarah. Restorasi ini diawali dengan selebrasi pada 4 Februari 2025, yang menghadirkan refleksi nilai perjuangan serta dialog tentang pembangunan wisata sejarah. Pelaksanaan pemugaran dijadwalkan berlangsung pada 5–19 Februari 2025, dipimpin oleh seniman Adi Nugroho dan timnya. Puncaknya, hasil restorasi akan diserahkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang pada 20 Februari 2025. Memulihkan Marwah Palagan Ambarawa Sejak diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 15 Desember 1974, Monumen Palagan Ambarawa telah menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme. Namun, seiring waktu, monumen ini mengalami kerusakan. Kebocoran atap, warna cat yang pudar, serta patung yang kehilangan kilau aslinya menjadi tantangan besar dalam pelestarian sejarah. Adi Nugroho, seorang pelukis asal Ambarawa, merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam restorasi ini. Ia mewarisi kecintaan pada sejarah dari ayahnya yang turut membangun monumen tersebut. “Ini bukan hanya tentang estetika, tetapi bagaimana kita menjaga penghormatan terhadap perjuangan bangsa,” ujarnya.
Dukungan Komunitas: Melestarikan Ikon Sejarah Ambarawa Restorasi ini mendapat sambutan positif dari berbagai komunitas di Ambarawa yang selama ini turut menjaga warisan budaya dan sejarah kota. Rudi Harjanto, relawan Rumah Kemanusiaan Ambarawa, menekankan pentingnya pemugaran monumen ini sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa. "Kompleks Museum dan Monumen Palagan Ambarawa seharusnya menjadi ikon kebanggaan warga. Sayangnya, kondisinya cenderung terabaikan, padahal peristiwa di Palagan Ambarawa menjadi momentum penting dalam sejarah nasional. Pertempuran pada 15 Desember 1945 yang berhasil mendesak Belanda dan NICA kembali ke Semarang kemudian ditetapkan sebagai Hari Infanteri, dan akhirnya menjadi Hari Juang Kartika TNI AD melalui Keppres No. 163/1999," jelas Rudi. Selain pemugaran fisik seperti pengembalian warna patung berbahan dasar perunggu serta visualisasi ulang artefak dan ornamen sesuai masanya, restorasi ini juga mencakup pembaruan informasi koleksi sejarah. Rudi menekankan perlunya kesinambungan dalam upaya pelestarian ini melalui berbagai tahap dan diskusi berkelanjutan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, komunitas lokal menginisiasi diskusi tentang pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat. Forum Alumni SMP Negeri 2 Ambarawa (Gridabara) akan menggelar Gridabara Fest, dengan salah satu agenda utamanya adalah diskusi komunitas bertema Peningkatan Pariwisata di Ambarawa. Diskusi ini akan berlangsung pada Sabtu, 15 Februari 2025, pukul 19.30 WIB di pelataran seberang halaman parkir RM Baran Permai. "Kami berharap lebih banyak warga yang peduli dan terlibat dalam upaya memajukan Ambarawa sebagai kawasan wisata. Jika restorasi ini sukses, dampaknya akan berkontribusi pada peningkatan ekonomi lokal serta kesejahteraan UMKM di Ambarawa," pungkas Rudi. Dengan adanya restorasi ini, Monumen Palagan Ambarawa bukan hanya dipugar secara fisik, tetapi juga dihidupkan kembali sebagai pusat edukasi sejarah dan pengembangan pariwisata.
Posting Komentar