Di Rel Itu, Kami Belajar Tentang Peduli—Bukan dari Pemerintah, Tapi dari Tukang Ojek
Ambarawa, – Di balik hiruk-pikuk Pasar Projo dan denting nostalgia rel kereta wisata Ambarawa, ada satu potret kecil yang besar maknanya. Sebuah jalan perlintasan rel yang sering luput dari perhatian. Tinggi rel yang melebihi badan jalan membuat banyak kendaraan tersangkut saat melintas, terutama motor matic. Banyak yang mengeluh. Beberapa memilih memutar arah. Tapi ada satu orang yang justru memilih bertindak: bapak ojek pasar.
Bukan ASN.
Bukan petugas Dishub.
Bukan juga pejabat yang datang membawa kamera dan program “peninjauan lapangan.”
Hanya seorang tukang ojek yang setiap harinya mangkal di sekitar pasar. Dia melihat masalah itu saban hari. Dan bukannya menunggu, dia mengambil inisiatif. Menguruk jalan dengan material seadanya. Mengarahkan kendaraan. Menolong mereka yang tersangkut. Semua dilakukan tanpa imbalan.
Inilah kepedulian tanpa dana aspirasi. Inisiatif tanpa anggaran. Keberanian tanpa seragam.
Di sinilah kita belajar:
Bahwa infrastruktur bukan hanya soal jalan dan jembatan, tapi juga soal rasa tanggung jawab terhadap keselamatan sesama.
Sayangnya, apa yang dilakukan oleh bapak ojek itu justru menyadarkan kita akan diamnya para pemangku kebijakan. Rel itu sudah bertahun-tahun ada. Jalan itu juga bukan baru kemarin dibuka. Tapi sampai hari ini, kenapa belum juga ditangani secara tuntas?
Apakah karena jalan itu tidak dilalui kendaraan pejabat?
Atau karena tidak cukup viral untuk dijadikan konten "turun ke lapangan"?
Padahal, jalan rusak tidak menunggu APBD cair untuk mencelakai.
Motor yang tersangkut tidak menunggu rapat musrenbang untuk terjatuh.
Dan keselamatan rakyat, seharusnya tidak menjadi urusan rakyat itu sendiri.
Bapak Yang sering disapa Rusmanto dan sebagai ojek itu bukan siapa-siapa di atas kertas. Tapi ia adalah pahlawan dalam senyap, yang memilih hadir saat yang lain menunggu anggaran dan jadwal kunjungan.
---
Mari kita belajar dari beliau:
Jika kita punya jabatan, punya kekuasaan, atau bahkan sekadar punya suara—gunakanlah untuk mempermudah hidup orang lain. Jangan biarkan rakyat terus menambal lubang yang seharusnya sudah lama ditambal oleh negara.
Terima kasih, Pak Rusmanto
Kisahmu mungkin tidak masuk ke berita nasional.
Tapi bagi kami, warga Ambarawa, tindakanmu lebih nyata daripada janji-janji dalam baliho.