Fenomena Hujan di Musim Kemarau, BMKG Jelaskan Penyebabnya
![]() |
Suasana Hujan Di Jln Jend Sudirman Ambarawa |
Meski kalender menunjukkan Indonesia telah memasuki musim kemarau, hujan masih sering turun di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Semarang, Ambarawa, dan sejumlah kota lainnya. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat: apakah musim kemarau tahun ini bergeser, atau ada faktor lain yang menyebabkan cuaca seperti ini?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa kondisi tersebut masih dalam kategori normal. Musim kemarau bukan berarti bebas hujan sama sekali, melainkan curah hujan yang turun berada di bawah 50 mm per bulan. Namun, saat terjadi fenomena yang disebut “kemarau basah”, hujan tetap turun meskipun intensitas dan frekuensinya tidak setinggi musim penghujan
.
BMKG juga mengungkapkan bahwa dinamika atmosfer global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial memicu pembentukan awan konvektif yang berujung pada hujan lokal di berbagai wilayah Indonesia.
“Kondisi ini bukan anomali iklim, melainkan bagian dari transisi dan variasi cuaca yang dipengaruhi faktor global dan regional,” ujar pihak BMKG melalui rilis resminya.
Hujan yang masih turun di musim kemarau berdampak pada berbagai sektor. Para petani harus menyesuaikan pola tanam, pedagang kaki lima kerap terganggu saat berjualan, hingga sektor pariwisata dan transportasi yang perlu mewaspadai perubahan cuaca mendadak.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak menganggap remeh potensi hujan di musim kemarau. Warga dapat memanfaatkan aplikasi resmi atau kanal informasi terpercaya untuk memantau prakiraan cuaca harian.
Sebagai media lokal yang kini dibaca secara nasional, Ambarawa Terkini akan terus menyajikan informasi iklim dan cuaca dari sumber-sumber kredibel agar masyarakat lebih siap dan tanggap terhadap dinamika alam yang terjadi.