Pemilihan Ketua RW 05 Dusun Krajan Jetis Bandungan Berlangsung Demokratis Tanpa Politik Uang
![]() |
Proses Perhitungan Suara |
Bandungan, 22 Juni 2025 – Pemilihan Ketua RW 05 Dusun Krajan, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, berlangsung sukses dan penuh semangat demokrasi pada Minggu (22/6). Dua kandidat yang maju dalam kontestasi ini adalah Wahyu Guritno (nomor urut 1) dan Asori Yanto (nomor urut 2). Berdasarkan hasil akhir penghitungan suara, Asori Yanto unggul dengan perolehan 104 suara, mengalahkan Wahyu Guritno yang memperoleh 85 suara. Total suara sah sebanyak 189 suara, dengan satu suara dinyatakan tidak sah.
Yang menarik, pemilihan ini menjadi yang pertama kalinya dalam sejarah pemilihan RW di wilayah tersebut yang melibatkan langsung perwakilan dari KPU dan Bawaslu Kabupaten Semarang. Proses pemilihan dibuka secara resmi oleh perwakilan dua lembaga tersebut, sebagai bentuk edukasi demokrasi langsung kepada masyarakat akar rumput.
Tokoh masyarakat sekaligus mantan Ketua KPU Kabupaten Semarang, Guntur Suhawan, menjadi penggagas utama kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa demokrasi sejati dapat tumbuh dan berjalan baik tanpa praktik politik uang.
> "Kami ingin membuktikan bahwa demokrasi non-politik tetap bisa berjalan. Ini murni dari masyarakat dan untuk masyarakat, tanpa money politic. Demokrasi tidak pernah mati dan harus terus dijunjung tinggi," tegas Guntur Suhawan di sela acara.
Pihak pemerintahan setempat melalui Kepala Dusun, Fathoni, menyampaikan rasa syukur atas kelancaran kegiatan ini.
> "Alhamdulillah, semua kegiatan berjalan lancar tanpa kendala satu pun. Ini bukti bahwa masyarakat kita sudah dewasa dalam berdemokrasi," ujar Fathoni.
Antusiasme warga sangat tinggi, terlihat dari partisipasi pemilih yang nyaris 100 persen. Masyarakat berbondong-bondong datang ke TPS sederhana yang dibangun secara gotong royong oleh warga. Proses pemungutan suara berlangsung tertib, dengan pengawasan langsung dari panitia yang sudah dibekali pelatihan dasar kepemiluan.
Pemilihan Ketua RW 05 Dusun Krajan ini menjadi contoh inspiratif bahwa nilai-nilai demokrasi bisa diimplementasikan hingga ke level paling bawah, tanpa harus terjebak pada praktik transaksional yang mencederai makna demokrasi itu sendiri.