Semangat di Tepi Rawa: Harapan Baru dari Bejalen
Sebuah ironi tumbuh di jantung Ambarawa, Kabupaten Semarang, sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh keindahan Rawa Pening, rawa luas yang menyimpan potensi ekonomi, budaya, dan olahraga luar biasa. Namun hingga kini, Ambarawa terutama Kabupaten Semarang belum memiliki tim dayung yang benar-benar diolah dengan baik.
Pada kejuaraan dayung yang baru lalu pada tanggal 16 - 21 Sept 2025 di Bukit Cinta Rawa Pening Ambarawa, terbentuklah 22 atlet dayung yang tergabung dalam PODSI Kabupaten Semarang. Para atlet dayung yang mewakili Kabuaten Semarang ini terdiri dari 11 anak berasal dari desa Bejalen Ambarawa dan lainnya dari perwakilan beberapa Kecamatan di Kabupaten Semarang.
Proses mereka sangat singkat, mereka di kumpulkan dan ditempa dalam waktu dua minggu sebelum perlombaan dimulai. Namun proses yang singkat itu ternyata membuahkan hasil mereka mewakili Kabupaten Semarang lolos dalam babak kualifikasi Lomba Dayung Tingkat Provinsi Jawa Tengah, dan maju pada babak selanjutnya.
Kini, semangat itu belum padam. Para atlet dayung yang sebagian besar masih duduk di bangku SMA ini, terus melanjutkan perjuangan yang belum tuntas. Dengan peralatan sederhana, mereka berlatih di desa Bejalen bersama para pelatih dari PODSI kabupaten Semarang. Bapak Koko “Rowo” salah seorang pengurus PODSI Kabupaten Semarang di bidang sarana dan prasarana seorang sosok yang dengan ketulusan dan kerja keras menyalakan api harapan ini dengan menyiapkan peralatan-peralatan sederhana di samping rumahnya di Desa Bejalen.
Dengan bantuan warga dan para pemuda desa, Bapak Koko “Rowo”“Rowo” bersama Mas Paimin dan sebagaian warga desa Bejalen, mengumpulkan bahan-bahan seadanya: batang bambu, besi bekas pegangan perahu, potongan galon air, kaleng, hingga sisa semen dan pasir. Dari barang-barang sisa itu, mereka menciptakan alat-alat latihan sederhana menyerupai Lat Pulldown Machine, Pull-up Bar, dan Dumbbell , yang kini berdiri di samping rumah Bapak Koko.
Mereka bahkan berencana memanfaatkan kolam penampungan ikan sebagai tempat berendam air es untuk pemulihan para atlet, seperti halnya fasilitas profesional yang mereka impikan. Mereka juga masih memimpikan mempunyai perahu dayung dan perelengkapannya sendiri untuk berlatih, kerena selama ini mereka masih menyewa.
“Alat-alat Latihan fisik ini kami buat secara mandiri, terutama untuk melatih kekuatan otot tangan yang sangat penting bagi atlet dayung. Saya prihatin, waktu lomba kemarin anak-anak masih kalah stamina karena kurang latihan fisik,”ujar Bapak Koko “Rowo”“Rowo” di sela kerja bakti bersama warga Bejalen,” semoga dengan ini di kejuaraan mendatang mereka bisa berprestasi lebih maksimal.”
Sore itu, tepat pukul empat, semangat muda kembali menyala di halaman rumah sederhana itu. Para atlet berkumpul, tersenyum dalam peluh, memulai latihan dengan peregangan ringan. Tak ada fasilitas mewah, taka ada tempat yang memadai untuk berlatih layaknya atlet professional, hanya semangat, persahabatan, dan mimpi yang tumbuh di tanah sendiri. Mereka berlari mengelilingi desa, lalu bergantian mengangkat beban buatan dari semen dan besi tua. Di antara tawa dan napas terengah, tersimpan tekad: Kabupaten Semarang harus punya tim dayung yang disegani.(awig)